Senin, 27 Juli 2009

Pengurangan Dampak Risiko Bencana Berbasis Masyarakat Adaptasi Perubahan Iklim (PERTAMA – API)

I. Latar Belakang

Bumi adalah satu-satunya tempat tinggal mahluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan juga manusia. Keberlangsungan hidup manusia tergantung kepada kondisi bumi, Kerusakan permukaan bumi merupakan bencana bagi seluruh ekosistem yang ada. Dari tahun ke tahun, bumi mengalami perubahan yang cukup signifikan, mulai dari pengrusakan hutan yang terus menerus sampai dengan mengeksploitasi hasil bumi secara berlebihan. Hal ini dirasa sangat merugikan bagi kelangsungan hidup manusia. Akibat yang paling dirasakan saat ini adalah suhu permukaan bumi yang semakin panas, serta permukaan air laut yang makin meningkat. Hal ini berdampak pada berbagai sektor baik perekonomian maupun kesehatan, karena dengan peningkatan suhu rata-rata bumi ini intensitas bencana lebih sering terjadi.

II. Palang Merah Indonesia

Palang Merah Indonesia (PMI) didirikan pada tahun 1945 dan disahkan dengan Keputusan Presiden pada tahun 1950 dan 1963. PMI berada pada kedudukan yang khas dalam menghadapi bencana karena mandat yang diterimanya dari pemerintah untuk membantu pemerintah daerah dalam dua minggu pertama setelah bencana alam, dan karena lembaga ini adalah satu-satunya organisasi yang diakui oleh Badan Penanggulangan Bencana (BAKORNAS, SATKORLAK dan SATGAS) di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota. PMI mempunyai jaringan luas dengan 32 daerah di tingkat propinsi, 361 cabang dan 2.560 ranting di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan. Sekitar 1.000.000 relawan siap membantu mereka yang memerlukan, Anggaran Tahunan PMI adalah sekitar $13 juta, termasuk rumah sakit dan layanan darah. Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, Palang Merah negara-negara donor, Pemerintah Indonesia dan badan-badan PBB menjadi penyumbang utama keuangan PMI.
Selain kegiatan tanggap darurat, PMI pada tahun-tahun terakhir ini makin bergiat dalam upaya pengurangan risiko bencana. program yang berbasis masyarakat yang telah dilakukan oleh Palang Merah Indonesia antara Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat (KBBM) yang pada tahap awal dilaksanakan di 3 propinsi yaitu Lampung, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan dan akan terus dikembangkan ke propinsi-propinsi lain yang rawan bencana. program ini berdurasi lima tahun dan di dukung penuh oleh Palang Merah Denmark, melihat keberhasilan program tersebut Palang Merah Indonesia juga mengimplementasikan program serupa yaitu Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat Terpadu (PERTAMA) di Nangroe Aceh Darussalan yang didukung penuh oleh IFRC dan PNS’s.
PERTAMA bertujuan memperkuat kemampuan masyarakat rawan terhadap risiko dalam menghadapi bencana dan mengurangi kerawanan mereka menghadapi bahaya alam dan buatan manusia. Kekuatan sebuah pendekatan terpadu terletak pada kenyataan bahwa PMI akan menilai dan menangani semua masyarakat berisiko. Semua bahaya (terutama yang meningkat karena perubahan iklim), risiko kesehatan dan lingkungan hidup, masalah ekonomi dan sosial, akan dipertimbangkan secara holistik ketika melihat kerawanan dalam masyarakat. Semua anggota masyarakat dan pemerintah daerah, bersama dengan PMI akan mengembangkan kegiatan untuk mengatasi berbagai risiko, yang membuat masyarakat lebih tahan terhadap dampak bencana yang dapat terjadi di masa depan.
Upaya penanggulangan dampak perubahan iklim terutama di negara miskin dan negara berkembang menimbulkan dilema: mendahulukan perkembangan ekonomi untuk menanggulangi kemiskinan, atau menanggulangi dampak perubahan iklim? Kemiskinan merupakan satu isu yang jelas dan berada di depan mata; di pihak lain, dampak dari perubahan iklim akan memperparah kemiskinan yang sekarang sudah ada
Keuangan-mikro adalah penyediaan layanan keuangan yang luas seperti simpanan, pinjaman, jasa pembayaran, transfer uang, dan asuransi bagi keluarga miskin dan berpenghasilan rendah serta kegiatan usahanya. Salah satu strategi untuk mengurangi risiko bencana adalah dengan mengembangkan kapasitas masyarakat dalam menanggulangi hazard atau dampaknya. Oleh karena sebagian dampak risiko bencana dapat dinyatakan dalam satuan uang dan berkaitan erat dengan uang, seperti kehilangan harta yang menghasilkan pendapatan (earning assets), sakit, cacat, dll.; maka keuangan mikro dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengurangi risiko. Lebih dari itu, dengan adanya lembaga keuangan mikro yang berkelanjutan, berarti akan tetap tersedia layanan keuangan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam mengurangi risiko pasca proyek PERTAMA API.

a. DKI Jakarta

DKI ( Daerah Khusus Ibukota ) Jakarta adalah Ibukota Negara Republik Indonesia, berdasarkan data sensus bahwa penduduk Jakarta adalah 9,61 juta jiwa menurut sensus penduduk DKI tahun 2000, sebagaimana kota-kota metropolitan lainnya Jakarta menghadapi berbagai macam permasalahan permasalah social seperti padatnya penduduk yang tidak seimbang dengan luas kota Jakarta, sulitnya lapangan pekerjaan serta menurunnya kualitas lingkungan yang diakibatkan banyaknya industri serta kurang sadarnya masyarakat akan kebersihan lingkungan.
Akibat dari hal tersebut maka Jakarta manjadi rawan akan bencana Banjir. Banjir merupakan ancaman yang rutin terjadi di Jakarta setiap tahun Jakarta mengalami kebanjiran salah satu wilayah yang rawan banjir akan Jakarta Barat dan Jakarta Timur.

b. Jakarta Barat

Kotamadya Jakarta Barat dengan luas wilayah 128, 47 KM2. Memiliki jumlah penduduk sebanyak + 2.046.297 jiwa. Terbagi dalam 8 kecamatan, 56 Kelurahan 574 RW dan 6.311 RT
Batas- batas wilayah Jakarta Barat :
Sebelah Utara : Kodya Jakarta Utara
Sebelah Timur : Kodya Jakarta Pusat
Sebelah Selatan : Kodya Jakarta Selatan
Sebelah Barat : Kota Tangerang

c. Kecamatan Cengkareng

Kecamatan Cengkareng dengan luas wilayah sebesar 300,39 Ha. terbagi menjadi 6 kelurahan, 82 RW (Rukun Warga) dan 955 RT (Rukun Tetangga)., memiliki jumlah penduduk sebanyak 231,061 jiwa yang terdiri dari 118.401 penduduk laki-laki dan 112.660 penduduk perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 77 jiwa/ha.
Batas-batas Wilayah Kecamatan Cengkareng :
Sebelah Utara : Jl. Raya Kapuk Kaml Kel. Kapuk Kec. Penjaringan Jakarta Utara
Sebelah Timur : Jl. TB Angke, Kel. Wijayakusuma, Kec. Grogol Petamburan Jakarta Barat
Sebelah Selatan : Kali Pesanggrahan Kel. Kembangan Kec. Kembangan Jakarta Barat.
Sebelah Barat : Ring Road Kel. Tegal Alur Kec. Kalideres Jakarta Barat

d. Kedaung KaliAngke

Kelurahan Kedaung Kaliangke dengan luas wilayah 261,25 Ha yang merupakan area terkecil di Kecamatan Cengkareng.
Batas-batas Wilayah Kelurahan Kedaung KaliAngke:
Sebelah Utara : Kel. Penjaringan
Sebelah Timur : Kali Mokevart
Sebelah Selatan : Rel kereta Kedoya Utara
Sebelah Barat : Kel. Kapuk
Jumlah penduduk sebanyak 18.914 jiwa (7.358 KK) dengan kepadatan penduduk sebesar 72 jiwa/ha. Lingkungan fisik pemukiman banyak bangunan semi permanen, yang berdiri di dekat aliran sungai, Bila terjadi bencana banjir atau kebakaran maka mempunyai dampak yang cukup besar dan sangat merugikan. Wilayah Kedaung Kaliangke rentan terhadap serangan penyakit seperti Diare, demam berdarah dan ISPA.

e. Rawa Buaya

Kelurahan Rawa Buaya merupakan daerah pemukiman padat penduduk yang beradadi wilayah Jakarta Barat kecamatan Cengkareng dengan jumlah penduduk 39.065 jiwa yang terdiri dari 10.330 KK yang mendiami daerah yang memiliki luas 406,9 Ha
Kelurahan Rawa Buaya terdiri dari 12 RW. Karena padatnya pemukiman, Kelurahan rawa buaya rentan terhadap bencana kebakaran dan apabila musim hujan datang, wilayah ini sering mengalami bencana banjir.
Kelurahan Rawa Buaya memiliki batas wilayah.
Sebelah Utara : Kel. Cengkareng Timur (Jl. Raya Daan Mogot)
Sebelah Selatan : Kel. Kembangan Utara (Sungai Kaliangke)
Sebelah Barat : Kel. Duri Kosambi (Jl. Ring Road)
Sebelah Timur : Kel. Kedaung Kaliangke (Cengkareng Drain)

f. Analisa Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

1. Kekuatan
Palang Merah Indonesia sebagai satu-satunya organisasi Palang Merah yang diakui oleh Pemerintah merupakan partner dan mitra kerja dari pemerintah dalam melaksakana program-programnya, hal ini dapat digambarkan dari tingginya dukungan Pemerintah terhadap kegiatan PMI baik berupa pengalokasian dana ataupun dukungan dalam bentuk lain. selain itu citra PMI di Masyarakat sangat bagus karena sering terlibat dalam upaya-upaya penangan bencana banjir yang melanda di Jakarta
Dalam sumber daya yang dimiliki PMI juga mampu untuk memberikan pelayanan dimasyarakat. Hal ini bisa dilakukan karena PMI memiliki relawan yang cukup terlatih dalam berbagai hal (Bencana, Pertolongan Pertama, Logistik, Ambulance dll) dan juga kesiapsiagaan para relawannya cukup tinggi sehingga dalam berbagai hal operasi tanggap darurat bancana PMI adalah tim pertama yang masuk kedalam lokasi bencana.
Selain Sumber daya manusia yang dimilki oleh PMI. PMI juga memiliki sumberdaya lain seperti Klinik pengobatan, mobil ambulance peralatan tanggap darurat bencana yang semuanya digunakan untuk mendukung kegiatan Palang Merah

2. Kelemahan

Banyaknya kegiatan dan pelayanan yang ada tidak diimbangi dengan peralatan yang ada sehingga pelayanan dilakukan tidak optimal. Hal ini juga ditambah dengan semakin berkurangnya jumlah relawan tiap tahunnya yang diakibatkan oleh migrasi keluar daerah ataupun dengan bertambah kesibukan dengan kegiatan lainnya.
Kurangnya monitoring dan evaluasi di setiap kegiatan membuat kendala dalam melaksanakan kegiatan yang akan datang. Hal lain yang menjadi hambatan dalam melaksanakan operasional adalah belum tertata dengan baiknya sistem pergudangan yang baik dan kurangnya pemahan pengurus baik di daerah ataupun cabang tentang manajeman bencana. Hal lain yang menjadi kendala PMI dalam melaksanakan tugasnya adalah kurangnya pengetahuan staff dan relawan terutama dalam pemahaman bahasa inggris dan computer.
Karena adanya dukungan dari pemerintah sehingga seringkali kegiatan PMI mendapatkan intervensi, hal tersebut bisa mengakibatkan kurangnya kenetralan PMI.

3. Peluang

Baiknya citra PMI dimasyarakat menambah minat masyarakat untuk bergabung menjadi relawan PMI dan juga koordinasi yang bagus antar instansi serta banyaknya dukungan dari pihak luar dalam kegiatan PMI merupakan peluang yang ada dan bisa digunakan dalam perencanaan kegiatan. Selain itu untuk pengadaan dana selain bulan dana yang rutin di adakan setiap tahunnya PMI juga memiliki sumber dana lain dalam mendapatkan dana

4. Ancaman

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan program adalah lokasi Jakarta yang rawan bencana serta kerentanan-kerentanan yang cukup banyak diJakarta yang bisa menimbulkan korban ketika bencana terjadi.
Perubahan iklim yang ekstrem juga menjadi salah satu pemicu dalam adanya bencana di Jakarta, hal ini bisa dilihat tidak seimbangnya antara musim hujan dan musim panas yang bisa mengakibatkan banjir ataupun kekeringan yang panjang. Hal lainnya yang menjadi sumber kerentanan adalah kurangnya kesadaran akan kesiapsiagaan bencana bagi masyarakat sehingga masyarakat pasif untuk merubah kondisi lingkungannya. Dan sebagai kota metropolitan tingkat pertumbuhan populasi di Jakarta sangat tinggi baik melalui kelahiran ataupun migrasi yang menyebabkan semakin padatnya Jakarta dan semakin rawannya Jakarta akan bencana.
Adanya organisasi-organisasi serupa dalam bidang yang sama dengan PMI sehingga bisa menarik pihak donor dalam mendukung kegiatannya.

a. Tujuan Umum
Meningkatnya kapasitas masyarakat yang rentan banjir

b. Tujuan Khusus
1. Meningkatnya kapasitas PMI dalam upaya pengurangan resiko banjir. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat yang cepat dan tepat maka peningkatan kapasitas organisasi penting dilakukan. Upaya peningkatan kapasitas ini berupa peningkatan kapasitas SDM yang ada di dalam PMI yang terdiri dari Pengurus, Staff dan relawan maupun peningkatan kapasitas sumber daya lainnya

1. Hasil Yang diharapkan

a. Terjalinnya mitra kerja dengan pihak-pihak terkait
b. Tertatanya kegiatan administrasi untuk program ICBRR – CC (Integrated Comunity Based Risk Reduction – Climate Change)
c. Anggota Satgana terlatih menjadi pelatih Satgana ICBRR – CC (Integrated Comunity Based Risc Reduction – Climate Change)
d. Meningkatnya pelayanan PMI di bidang Penanganan Bencana
e. Meningkatnya citra PMI
f. Meningkatnya kualitas SDM PMI (Pengurus, Staff dan Relawan)

2. Indikator

a. PMI telah memiliki SDM-SDM yang mempunyai keterampilan di bidang kesiapsiagaan bencana banjir.
b. PMI telah memiliki sistem penanggulangan cepat dan tepat di daerah rentan banjir.

0 komentar:

Posting Komentar | Feed

Posting Komentar



 

Kesiapsiagan Bencana Berbasis Masyarakat Copyright © 2009 Premium Blogger Dashboard Designed by SAER